Keterangan Foto: Tokoh Masyarakat Di wilayah Selatan yakni di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, H Misbahur Shudur yang akrab disapa H Bono. |
INFO NEWS | BOGOR - Polemik pergantian nama sejumlah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Kabupaten Bogor di era kepemimpinan Bupati Bogor, Rudi Susmanto, terus mengalir. Kritikan bukan saja dalam hal perubahan nama RSUD Ciawi menjadi RSUD KH Idham Chalid yang dinilai melupakan tokoh pejuang lokal dan sejarah daerah tapi menyasar keuangan daerah alias duit rakyat yang akan dikuras akibat perubahan nama RSUD.
Tokoh masyarakat (Tomas) Kecamatan Caringin, H Misbahur Shudur yang akrab disapa H Bono mengatakan, kebijakan pergantian nama sejumlah RSUD sangat tidak mendasar karena tidak dirasakan manfaat secara langsung oleh rakyat. Terlebih, kata dia menambahkan, penamaan RSUD Ciawi menjadi RSUD KH Idham Chalid yang notabene berasal dari Setui Kalimantan Selatan menuai pro kontra karena dianggap tidak menghormati tokoh pejuang dari Bogor juga sejarah daerah.
" Yang dibutuhkan rakyat itu peningkatan layanan kesehatan dan perbaikan sistem pendidikan yang carut marut, bukan mengganti nama RSUD. Tokoh ulama besar yang berjasa terhadap negara dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) di Bogor ada KH Abdul Halim dan KH Abdul Wahab Hasbullah yang berjasa atas pengembangan NU di Jawa Barat, kenapa RSUD Ciawi berganti nama jadi RSUD KH Idham Chalid ?," imbuhnya.
H Bono juga menyoroti soal anggaran yang harus digelontorkan untuk merubah sistem administrasi akibat pergantian nama sejumlah RSUD. Ia menilai, kebijakan Bupati Bogor Rudi Sumanto hanya pemborosan anggaran hasil pajak rakyat di Bumi Tegar Beriman. Harusnya, anggaran itu bisa digunakan untuk pengadaan alat kesehatan hingga peningkatan layanan kesehatan.
" Apa kaitannya pergantian nama RSUD dengan layanan kesehatan? Itu kebijakan yang dipaksakan, lantas siapa yang diuntungkan? Bicara soal mengenalkan tokoh pejuang hingga sejarah daerah kepada masyarakat khususnya generasi bangsa bisa diabadikan pada fasilitas umum lainnya bukan RSUD yang ujungnya harus merubah sistem administrasi," paparnya.
Sebelumnya, tokoh masyarakat di Kecamatan Ciawi yang juga mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kabupaten Bogor, Prof.Dr.H Isman Kadar, mengaku lebih setuju jika pergantian nama RSUD Ciawi menggunakan nama-nama tokoh nasional yang berasal dari Bogor atau Jawa Barat bukan dari luar daerah.
" Bogor itu bagian dari tatar sunda. Jika memang mau mengganti nama RSUD Ciawi, baiknya memakai nama tokoh dari tatar Sunda sebagai bentuk penghormatan sejarah masyarakat Bogor," ungkap Guru Besar di Universitas Pakuan Bogor itu.
Penolakan tegas juga dilontarkan Ketua Umum Aliansi Masyarakat Bogor Selatan (AMBS), M.Muchsin. Ia mendesak Bupati Bogor, Rudi Susmanto, lebih mengedepankan kebijakan yang bersentuhan secara langsung dengan masyarakat sebagai bukti pencapaian 100 hari kerja, bukan mengganti nama RSUD yang akhirnya menuai polemik.
" Perbaikan sistem, peningkatan layanan kesehatan itu yang diperlukan. Perubahan nama sangat tidak mendasar, jadi AMBS menolak secara tegas," kata Muchsin.
Untuk diketahui, Bupati Bogor Rudy Susmanto meresmikan perubahan nama empat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) melalui penandatanganan prasasti. Hal itu dilakukan dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten, serta sebagai bentuk penghormatan kepada para tokoh besar bangsa yang telah berjasa kepada Bangsa Indonesia
Perubahan nama ini merupakan bagian dari komitmen Rudy Susmanto dan jajaran Pemkab Bogor untuk memberikan penghargaan terhadap para tokoh yang telah berjasa serta sebagai refleksi nilai-nilai luhur dalam pelayanan publik, khususnya di bidang kesehatan. Dan Penamaan ini telah melalui proses koordinasi dengan para direktur RSUD dan mendapat persetujuan dari pihak keluarga masing-masing tokoh.
Adapun perubahan nama RSUD adalah sebagai berikut, RSUD Cibinong kini menjadi RSUD Bakti Pajajaran, RSUD Ciawi kini menjadi RSUD KH Idham Chailid, RSUD Leuwiliang kini menjadi RSUD R. Moh.Noh Nur dan RSUD Cileungsi kini menjadi RSUD RH. Satibi.
"Nama-nama besar ini bukan sekadar simbol, tetapi menjadi cerminan semangat dan integritas dalam pelayanan kesehatan. Maka sudah sepatutnya perubahan nama ini juga diiringi dengan peningkatan mutu infrastruktur, tata kelola, dan pelayanan di masing-masing rumah sakit," kata Rudy Susmanto kepada wartawan.
AR Sogiri