INFO NEWS | BOGOR - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor merilis hasil uji lab terhadap sisa sample makanan menu Makan Bergizi Gratis (MGB) dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bosowa Bina Insani yang menyebabkan ratusan siswa dan guru mengalami keracunan. Berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), menu makanan yang disajikan mengandung bakteri. Selasa (13/5/2025).
" Hasil lab menunjukkan bahwa menu makanan dari SPPG Bosowa mengandung bakteri coli dan salmonella," ungkap Walikota Bogor, Didie Rachiem dalam keterangannya di rumah dinas Walikota, Senin 12 Mei 2025.
Lebih lanjut, Didie Rachiem menambahkan, kandungan bakteri coli didapatkan dari sample makanan ceplok telor bumbu barbeque, sedangkan bakteri salmonella dari sample makanan tumis toge dan tahu.
" Informasi yang didapat, makanan ceplok telor bumbu barbeque dimasak pada malam hari dan baru didistribusikan pada siang harinya," tambah Walikota Bogor.
Selain sample makanan, masih kata Didie Rachiem, Pemkot Bogor melakukan pendalaman dengan cara mengambil sample air dari tubuh siswa terdampak tapi hasilnya masih dalam pemeriksaan. Ia juga berharap dilakukan pengawasan lebih ketat terkait Standar Operasional Prosedur (SOP), agar kejadian serupa tidak terulang dikemudian hari.
" Kejadian ini jangan dianggap sepele, karena masuk kejadian luar biasa. Jumlah korban terdampak mencapai 214 orang, kami harus terlibat dalam penanganan medis bagi para korban," jelasnya.
Untuk diketahui, Badan Gizi Nasional (BGN) akan mengevaluasi secara menyeluruh proses atau alur penyajian makanan dalam program makan bergizi gratis (MBG) di setiap dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) termasuk SPPG Bosowa Bina Insani. Langkah itu, dilakukan menyusul banyaknya siswa yang diduga mengalami keracunan makanan usai mengkonsumsi menu MBG.
Kepala BGN Dadan Hindayana menyampaikan, evaluasi di SPPG dianggap perlu, terutama kaitan Standar Operasional Prosedur (SOP) mulai dari pemilihan bahan baku makanan, proses memasak, hingga alur distribusi makanan dari dapur SPPG.
" Saat ini, kasus keracunan makanan di Kota Bogor sumber masalahnya dalam pendalaman, kita tunggu hasilnya. Evaluasi terhadap SPPG tentu akan dilakukan," kata Dadan saat meninjau dapur SPPG Bosowa Bina Insani pada Minggu 11 Mei 2025.
Sebelumnya, Ketua Indonesia Morality Watch (IMW) DPD Jawa Barat, Edwar menyoroti penambahan jumlah korban keracunan menu MBG di Kota Hujan. Ia mengatakan, jumlah korban yang mencapai 214 orang merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus keracunan makanan dari dapur SPPG Bosowa. Untuk itu, diperlukan upaya serius baik dalam penanganan maupun pencegahan agar hal serupa tidak lagi terjadi.
" Investigasi harus dilakukan dengan baik, transparan dan profesional, agar bisa diketahui penyebab utama peristiwa itu. BGN harus mengevaluasi kerjasama kemitraan dengan SPPG Bosowa mengingat jumlah korban mencapai ratusan," kata Edwar.
Disisi lain, kata Edwar lagi, diperlakukan edukasi kepada masyarakat secara luas agar program unggulan Presiden Prabowo untuk mengatasi gizi buruk dan stunting di Indonesia serta mendukung tumbuh kembang anak-anak guna mempersiapkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas dan produktif bisa berjalan sesuai harapan.
" Kejadian itu akan menimbulkan trauma bagi anak, makanya diperlukan edukasi secara luas kepada masyarakat. Sebagai jaminan hal itu tidak terulang kembali, perlu pengawasan ketat terhadap mitra SPPG program MBG terutama dalam pengadaan dan pengolahan menu makanan," tegasnya.
AR Sogiri