Foto: Dok. IN. Pada acara sosialisasi PSPE Geotermal kali ini pihak Kementerian ESDM dan PT. Daya Mas Geopatra Pangrango menghadirkan narasumber dari Ilmuwan dan Akademisi, Dosen Universitas Padjadjaran |
INFO NEWS | CIPANAS - Babak baru tentang program Pemanfaatan Sumber Energi Panas Bumi Geotermal TNGGP Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yang diinisiasi Kementerian ESDM dengan pelaksana PSPE Penugasan Survei Pendahuluan dan Ekplorasi dari PT. Daya Mas Geopatra Pangrango mengalami kebuntuan atau penolakan warga.
Kebuntuan diduga ditenggarai ketidak hadiran pihak pengundang dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dalam acara sosialisasi penugasan survei pendahuluan dan ekplorasi di hotel yasmin palasari- cipanas. Jum'at, (24/11/2023).
Padahal sejumlah narasumber dari Universitas Padjajaran (UNPAD) Prof. Dr. Nana Sulaksana, Ir. M. SP. Ilmu Geomorfologi ditemani Dr. Ir. Dewi Gentana, Dipl. Geotermal, M.M. serta Aliansi Masyarakat Gunung Gede Pangrango (AMGP) dan tamu undangan lainya sudah memenuhi tempat yang sudah direncanakan.
Dalam acara sosialisasi sempat akan terjadi aksi walk out oleh AMGP Aliansi Masyarakat Gunung Gede Pangrango, pasalnya pihak pengundang tidak hadir dalam acara sosialisasi tersebut, beruntung para narasumber yang ahli dibidang geotermal dibantu dari berbagai pihak menghentikan aksi tersebut, serta mengajak AMGP kembali keruangan untuk berdialog.
Seusai acara sosialisasi tahapan PSPE, Ilmuwan Akademisi Universitas Padjajaran, Prof. Dr. Nana Sulaksana, Ir. M. SP. Ilmu Geomorfologi, secara keilmuan nya kepada awak media menuturkan:
"Untuk menentukan suatu daerah berapa potensi sebenarnya, harus di lakukan berbagai langkah, langkah awal adalah pemetaan geologi kemudian pengukuran geofisika, kemudian ada geokimianya kemudian membuat model panas bumi, pengukuran tentang panas bumi, pengukuran berapa panas bumi yang ada di dalamnya," ujar Prof. Dr. Nana Sulaksana, Ir. M. SP. Ilmu Geomorfologi.
"Baru kemudian ada yang disebut potensi hipotesis, didalam keilmuan model hipotesis ini harus di buktikan secara metode verifikatif," tambahnya.
Prof. Dr. Nana Sulaksana kembali menjelaskan, Nah untuk melakukan pengujian verifikatif itu kita harus melakukan pengeboran uji, dan yang saya tahu pengeboran uji itu dilakukan instansi atau unit usaha yang melakukan penyelidikan geotermal dan itu kalau ngak salah di beri waktu tahun.
"Dalam pelaksanaan pengeboran memerlukan peralatan pengeboran, lewat mana, jalan mana, dan lain sebagainya, tahapan prosedur itu harus dilaksanakan jika itu tidak dilaksanakan kita tidak akan pernah tahu keluar angka berapa sesuai dengan disiplin studinya," jelas Dosen Universitas Padjajaran tersebut.
Lanjut nya; "Tadi saya dengar pengeboran juga belum dilaksanakan," lirihnya.
"Dari saya pencerahan kepada masyarakat pada siapapun yang ada di ruangan ini, ini semua adalah sebuah proses yang memang secara keilmuan harus dilaksanakan, tidak mungkin kita akan mengetahui potensi yang sebenarnya dari panas bumi ini tapa melakukan pekerjaan verifikasi kalau menduga- duga itu namanya hipotesis," jelas Prof. Dr. Nana Sulaksana.
Kemudian awak media bertanya, setelah pemaparan secara akademis sesuai dengan keilmuan narasumber, apakah proyek panas bumi ini aman tidak untuk masyarakat yang tinggal dan menetap di sekitar lokasi proyek.
"Saya jamin aman, karena pengeboran itu kan bukan pertama kali dilakukan disini, di berbagai daerah manapun tentang pengembangan sumber energi panas bumi, manfaat panas bumi nya ada, itu prosesnya sama seperti itu," jawab nya.
"Cuma ada yang prosesnya lancar karena tidak ada yang protes dari masyarakat, ada juga proses nya melalui diskusi seperti ini, tetapi yang terpenting ada dialog," tambahnya.
"Saya hadir disini sebagai ilmuwan akademisi dan ingin menyampaikan kepada masyarakat, mana ilmu yang benar mana yang hoax, karena sekarang ini berseliweran ilmu yang tidak bagus hoax itu, kemudian dipakai melawan atau menentang suatu kebijakan, itu yang tidak saya setuju, saya akan lawan itu," tegas Prof. Dr. Nana Sulaksana.
Dengan pengeboran akan terjadi gempa bumi, saya katakan tidak, dengan pengeboran itu akan keluar magma dan lain sebagainya, saya katakan tidak, karena posisi magma dengan posisi pengeboran itu jauh berbeda, kedalaman nya pengeboran itu kan tertentu cuma 2000 meter, ungkap Prof. Dr. Nana Sulaksana.
"Kemudian katanya pengeboran itu akan sampai ke titik yang menimbulkan gempa, saya katakan tidak, yang namanya zona sumber gempa itu ada di kedalaman berapa, kan pengeboran nya ngak nyampai kesitu," paparnya.
Kemudian awak media kembali bertanya, apakah pengeboran panas bumi ada kesamaan dengan pengeboran yang terjadi di lapindo.
"Lapindo itu pengeboran di wilayah zona gas, bukan panas bumi, kalau pengeboran nya relatif sama, kecelakaan itu bisa terjadi dimana saja, tergantung keterampilan orang yang melaksanakan itu," jawab Dosen Unpad.
"Mungkin ini masalahnya di HSE, itu yang harus jadi perhatian, apakah dia mau memperhatikan safety nya atau tidak, misalnya soal casing sehingga menimbulkan ada semburan atau gimana, itu tekhnis, atau ada kelalaian manusia dan lain sebagainya," imbuhnya.
Masih Kata Prof. Dr. Nana Sulaksana, Segala kemungkinan bisa diantisipasi atau di zero kan jika semua siap bekerja sesuai SOP, karena semua ada aturan nya, kalau semua SOP dijalankan saya yakin semua itu takan terjadi.
Kembali awak media bertanya, apakah akan ada dampak positif atau negatif dalam proyek geotermal ini, tidak menutup kemungkinan dalam pelaksanaan nanti muncul kasus human error, atau mesin error, dan faktor lain nya, bisa dijelaskan berapa persen kemungkinan itu terjadi.
"Ini kalau menurut saya dari segi tekhnis itu nanti tidak ada dampak signifikan bagi masyarakat," jawabnya.
"Paling tadi dikatakan ada pengeboran, pengeboran itu pasti akan menimbulkan bunyi, mersaid yang melakukan pengeboran dilengkapi alat-alat seperti itu, untuk masyarakat nanti akan diketahui dalam amdalnya berapa desible, suara itu akan sampai ke masyarakat," tuturnya.
"Disitu baru bisa diketahui menganggu atau tidak nya ke masyarakat," imbuhnya.
Kembali Dosen Unpad juga Ilmuwan sekaligus fraktisi Akademisi Universitas Padjajaran Prof. Dr. Nana Sulaksana menjelaskan:
"Kemudian masalah air bekas pengeboran pasti akan ada penanggulangan dampaknya, pasti ada dampak tapi dampak itu bisa ditanggulangi secara tekhnis," jelasnya.
"Yang sulit ditanggulangi justru dampak sosial seperti sekarang, dengan berita- berita hoax maka muncul keresahan sosial, kalau masalah tekhnis In Saa Allah siap," tandas Prof. Dr. Nana Sulaksana.
(Indrayama)